Pulau Burung yang Menggoda
Laporan Wartawan Bangka Pos, Dodi Hendriyanto
JIKA sebelumnya ada pemeo "tak lengkap ke Belitung tanpa mengunjungi Pulau Lengkuas," mungkin sudah saatnya kalimat itu ditambah dengan tak puas jika belum mampir ke Pulau Burung.
Lebih dari seribu nyiur melambai yang memenuhi pulau ini seakan "memaksa" para wisatawan ketika sedang meluncur menuju Pulau Lengkuas untuk singgah sejenak ke pulau yang memiliki ikon Batu
Burung ini. Dengan luas sekitar 15 hektar, menjadikan pulau ini lebih tegar daripada pulau sekitarnya.
Hempasan gelombang yang sesekali datang seakan tak kuasa mengganggu rerumputan halus bak permadani menghampar di pulau ini. Ditambah lagi ratusan batu granit yang muncul dari permukaan laut menjadi pagar kokoh datangnya gelombang pasang saat musim barat tiba.
"Kita memang gak menghitung jumlah pohon kelapa di sini. Tapi kalo 1000 mungkin lebih. Sekarang ini kita juga menanam ratusan pohon kelapa baru sebagai regenerasi dari pohon kelapa yang sudah puluhan tahun disini," ujar Honchong, penjaga Pulau Burung saat berbincang dengan bangkapos.com di Pulau Burung, beberapa waktu lalu.
Selain pohon kelapa, beberapa jenis pohon lain juga hidup di Pulau Burung, diantaranya pohon ketapang dan pohon belukar lainnya. Sementara rumput halus mirip rumput jepang terhampar seluas pulau ini.
Bagi pengunjung yang perlu istirahat bisa langsung duduk atau merebahkan badan di atas rerumputan yang tertata rapi di bawah rindangnya pohon kelapa ataupun pohon ketapang. Tidak ada satupun sampah terlihat di Pulau Burung. Hanya dedaunan kering yang sesekali berjatuhan tertiup angin.
"Kita sudah komit, siapapun boleh berkunjung ke pulau ini, asal mematuhi tata tertib yang telah kita buat. Diantaranya tidak membuang sampah sembarangan, dan tidak merusak pepohonan yang tumbuh di sini. Ini semua kita lakukan agar pulau ini tetap tertata rapi dan asri," kata Honchong, sembari mempersilahkan bangkapos.com minum air kelapa muda yang baru saja dipetik.
Tiupan semilir angin sembari melihat riak gelombang seperti berkejaran di bibir pantai, menambah betah berlama-lama di pulau ini.
Dari Tanjungbinga Kecamatan Sijuk Kabupaten Belitung, pulau ini sudah terlihat jelas. Untuk menggapai pulau ini tidaklah sulit. Cukup menyewa perahu yang kerap parkir di Tanjung Binga maupun dari Tanjung Kelayang, wisatawan siap diantar kapan pun mereka mau.
Biaya sewa relatif murah, hanya Rp 400.000 untuk perahu berkapasitas maksimal 10 orang. Sedangkan perahu yang lebih besar bermuatan 15-20 orang dapat disewa dengan harga Rp 750.000. Dengan biaya yang relatif murah tersebut, wisatawan baik sendiri maupun rombongan akan diantar menuju sensasi keindahan Pulau Burung dan pulau-pulau kecil lainnya di sekitar pulau itu.
Perjalanan yang ditempuh hanya memakan waktu antara 25-30 menit dari Tanjung Kelayang. Jika berangkat dari Tanjung Binga justru bisa lebih cepat lagi, tidak sampai 15 menit tiba di pulau ini. Karena dari dermaga Tanjung Binga, sensualitas Pulau Burung sudah memanggil untuk disentuh.
Perahu yang biasa digunakan untuk menuju Pulau Lengkuas adalah perahu nelayan para nelayan Tanjung Kelayang maupun Tanjung Binga. Perahu ini biasanya istirahat pada siang hari. Karenanya wisatawan bisa menyewa perahu nelayan tersebut untuk membawa mereka menuju pulau erotis aset Kabupaten Belitung.
Apalagi jika air sedang pasang, perahu bisa langsung menepi di bibir pantai. Hanya satu lompatan saja, kita sudah bisa menginjak rerumputan halus Pulau Burung. Tapi jika sedang surut, kita bisa melihat hamparan pasir putih hingga 10 meter dari tepi pulau.
Saat ini, biasanya kerang, siput laut dan bintang laut berserakan di sepanjang hamparan pantai tersebut. Pengunjung juga bisa berjalan kaki menuju batu berbentuk burung yang menjadi ikon pulau, yang jaraknya hanya sekitar 50 meter dari tepi pulau.
Jika sedang pasang, bagi pengunjung yang ingin merasakan hangatnya air laut bisa langsung melompat dari dermaga cottage yang berdiri di pinggir pulau. Air yang jernih dengan suhu sekitar 20 derajat Celcius akan memanjakan tubuh kita. Apalagi pada bulan-bulan sekarang gelombang belum begitu besar, sehingga para pengunjung bisa berenang ke arah tengah mendekati batu karang yang menghitam sekitar 30 meter dari bibir pantai. Biasanya bagi pencinta bintang laut, di sekitar batu karang inilah akan dijumpai puluhan bintang laut dalam ukuran besar dengan diameter mencapai 20 cm.
Pulau Burung terletak di arah Utara Desa Tanjungbinga. Dari sini Pulau Burung sudah terlihat jelas. Selain batu berebentuk burung di sebelah barat pulau, di sebelah utara bertengger batu-batu granit memagari sisi utara hingga ke sisi barat.
Batu-batu ini akan semakin terlihat jika air sedang surut. Bagi penikmat sunset bisa menunggu kepergiaan matahari tersebut dari sebelah utara. Apalagi sekarang di sekitar bebatuan ini sudah dibangun pondok kecil untuk sekedar duduk santai melewati mentari menuju peraduannya.
"Kalo mau foto-foto dengan latar sunset, di sebelah barat itu paling indah. Kita bisa mengikuti setiap detik mentari menuju peraduannya. Agar pengjung bisa menikmati susnset, di bagian barat itu kita buatkan pondok dan tempat duduk," ujar Honchong.
Selain Pulau Burung, dan Pulau Lengkuas yang menggoda mata, belasan pulau-pulau kecil lainnya siap menerima kunjungan para wisatawan. Buih ombak yang berkejaran dan desiran angin seakan berpadu harmoni memanggil setiap wisatwan yang berkunjung ke Pulau Belitung.
"Kita memang gak menghitung jumlah pohon kelapa di sini. Tapi kalo 1000 mungkin lebih. Sekarang ini kita juga menanam ratusan pohon kelapa baru sebagai regenerasi dari pohon kelapa yang sudah puluhan tahun disini," ujar Honchong, penjaga Pulau Burung saat berbincang dengan bangkapos.com di Pulau Burung, beberapa waktu lalu.
Selain pohon kelapa, beberapa jenis pohon lain juga hidup di Pulau Burung, diantaranya pohon ketapang dan pohon belukar lainnya. Sementara rumput halus mirip rumput jepang terhampar seluas pulau ini.
Bagi pengunjung yang perlu istirahat bisa langsung duduk atau merebahkan badan di atas rerumputan yang tertata rapi di bawah rindangnya pohon kelapa ataupun pohon ketapang. Tidak ada satupun sampah terlihat di Pulau Burung. Hanya dedaunan kering yang sesekali berjatuhan tertiup angin.
"Kita sudah komit, siapapun boleh berkunjung ke pulau ini, asal mematuhi tata tertib yang telah kita buat. Diantaranya tidak membuang sampah sembarangan, dan tidak merusak pepohonan yang tumbuh di sini. Ini semua kita lakukan agar pulau ini tetap tertata rapi dan asri," kata Honchong, sembari mempersilahkan bangkapos.com minum air kelapa muda yang baru saja dipetik.
Tiupan semilir angin sembari melihat riak gelombang seperti berkejaran di bibir pantai, menambah betah berlama-lama di pulau ini.
Dari Tanjungbinga Kecamatan Sijuk Kabupaten Belitung, pulau ini sudah terlihat jelas. Untuk menggapai pulau ini tidaklah sulit. Cukup menyewa perahu yang kerap parkir di Tanjung Binga maupun dari Tanjung Kelayang, wisatawan siap diantar kapan pun mereka mau.
Biaya sewa relatif murah, hanya Rp 400.000 untuk perahu berkapasitas maksimal 10 orang. Sedangkan perahu yang lebih besar bermuatan 15-20 orang dapat disewa dengan harga Rp 750.000. Dengan biaya yang relatif murah tersebut, wisatawan baik sendiri maupun rombongan akan diantar menuju sensasi keindahan Pulau Burung dan pulau-pulau kecil lainnya di sekitar pulau itu.
Perjalanan yang ditempuh hanya memakan waktu antara 25-30 menit dari Tanjung Kelayang. Jika berangkat dari Tanjung Binga justru bisa lebih cepat lagi, tidak sampai 15 menit tiba di pulau ini. Karena dari dermaga Tanjung Binga, sensualitas Pulau Burung sudah memanggil untuk disentuh.
Perahu yang biasa digunakan untuk menuju Pulau Lengkuas adalah perahu nelayan para nelayan Tanjung Kelayang maupun Tanjung Binga. Perahu ini biasanya istirahat pada siang hari. Karenanya wisatawan bisa menyewa perahu nelayan tersebut untuk membawa mereka menuju pulau erotis aset Kabupaten Belitung.
Apalagi jika air sedang pasang, perahu bisa langsung menepi di bibir pantai. Hanya satu lompatan saja, kita sudah bisa menginjak rerumputan halus Pulau Burung. Tapi jika sedang surut, kita bisa melihat hamparan pasir putih hingga 10 meter dari tepi pulau.
Saat ini, biasanya kerang, siput laut dan bintang laut berserakan di sepanjang hamparan pantai tersebut. Pengunjung juga bisa berjalan kaki menuju batu berbentuk burung yang menjadi ikon pulau, yang jaraknya hanya sekitar 50 meter dari tepi pulau.
Jika sedang pasang, bagi pengunjung yang ingin merasakan hangatnya air laut bisa langsung melompat dari dermaga cottage yang berdiri di pinggir pulau. Air yang jernih dengan suhu sekitar 20 derajat Celcius akan memanjakan tubuh kita. Apalagi pada bulan-bulan sekarang gelombang belum begitu besar, sehingga para pengunjung bisa berenang ke arah tengah mendekati batu karang yang menghitam sekitar 30 meter dari bibir pantai. Biasanya bagi pencinta bintang laut, di sekitar batu karang inilah akan dijumpai puluhan bintang laut dalam ukuran besar dengan diameter mencapai 20 cm.
Pulau Burung terletak di arah Utara Desa Tanjungbinga. Dari sini Pulau Burung sudah terlihat jelas. Selain batu berebentuk burung di sebelah barat pulau, di sebelah utara bertengger batu-batu granit memagari sisi utara hingga ke sisi barat.
Batu-batu ini akan semakin terlihat jika air sedang surut. Bagi penikmat sunset bisa menunggu kepergiaan matahari tersebut dari sebelah utara. Apalagi sekarang di sekitar bebatuan ini sudah dibangun pondok kecil untuk sekedar duduk santai melewati mentari menuju peraduannya.
"Kalo mau foto-foto dengan latar sunset, di sebelah barat itu paling indah. Kita bisa mengikuti setiap detik mentari menuju peraduannya. Agar pengjung bisa menikmati susnset, di bagian barat itu kita buatkan pondok dan tempat duduk," ujar Honchong.
Selain Pulau Burung, dan Pulau Lengkuas yang menggoda mata, belasan pulau-pulau kecil lainnya siap menerima kunjungan para wisatawan. Buih ombak yang berkejaran dan desiran angin seakan berpadu harmoni memanggil setiap wisatwan yang berkunjung ke Pulau Belitung.
sumber : http://bangka.tribunnews.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar