Menu

Selasa, 23 Oktober 2012



Warga Belitung Mesti Hati-hati
Bangkapos.com - Sabtu, 13 Oktober 2012 13:40 WIB




Laporan Wartawan Bangka Pos, Rusmiadi

BANGKAPOS.COM, BELITUNG
 - Walhi Bangka Belitung menghimbau masyarakat Belitung berhati-hati dalam setiap menghadiri pertemuan atau sosialisasi pemerintah maupun perusahaan yang membahas masalah pertambangan.

"Jika diminta untuk tanda tangan, sebaiknya telaah dengan cermat dahulu. Jika ada keraguan, sebaiknya abaikan saja untuk membubuhkan tanda tangan," kata Direktur Eksekutif Walhi Babel Ratno Budi, melalui blackberry messenger, kepada bangkapos.com, Jumat (12/10/2012).

Perwakilan PT Kampit Tin Utama, PT Billiton Jaya Utama dan PT Halaban Primavestama, Ismail Haris belum berhasil dikonfirmasi terkait amdal yang mereka miliki untuk penambangan di laut Pering.


sumber : http://bangka.tribunnews.com

Kamis, 11 Oktober 2012

Hikayat Keramat Bujang : Kisah Cerita Legenda Pulau Belitung
Di satu bagian hutan, dikenal dengan nama Ai' Membiding, Desa Bantan, terdapat dua buah makam, yaitu Makam Tu' Rangga Tuban dan isterinya dan di Gunung/Bukit Bujang terdapat pula makam, dikenal sebagai Keramat Bujang. Dari dan untuk ketiga tokoh ini diceritakan tentang kehebatan Tu' Rangga Tuban dan Bujang.

MENURUT cerita yang berkembang di daerah Bantan, Tu' Rangga Tuban berasal dari Tanah Jawa. Beliau mempunyai dua isteri dan seorang anak angkat bernama Bujang. Kehebatan Tu' Rangga Tuban ini sangat dikenal dan termasyhur ke seluruh wiayah sekitar Bantan Kecik.

Dalam kesehariannya, di lengan kiri beliau selalu terpasang sebuah batu asah yang dikenakan jika akan bertempur menghadapi musuh-musuh yang datang dari sungai dekat Kampung Bantan, yaitu Ai' Sapai. Batu asah ini sekarang masih ada dan jika kita akan mengasah parang di daerah tersebut memang parangnya akan cepat tajam tapi selalu mengakibatkan luka bagi pemiliknya atau orang yang mengasah pisau di tempat itu.

Kehebatan lainnya adalah kepandaian Tu' Rangga Tuban membuat perahu sehingga di daerah Bantan ini ada satu tempat bernama Lemong Perahu, yaitu tempat bekas Tu' Rangga Tuban membuat perahu.

Satu hari beliau mengadakan perjalanan ke Palembang, menggunakan perahu buatannya sendiri. Di sana Tu' Rangga Tuban sempat membeli seekor burung puyuh yang sangat lincah. Tu' Rangga Tuban direpotkan sekali dengan burung tersebut sehingga pada waktu jam tidur tidak bisa sekejap pun hanya untuk menjaga agar burung tersebut jangan lepas ke laut. Akibatnya Tu' Rangga Tuban baru tidur pada siang hari, sementara penjagaan burung itu diserahkan kepada awak perahunya.

Setibanya di Belitung Tu' Rangga Tuban pun segera pulang dan langsung mengurus burung puyuhnya. Satu ketika, saat sedang tidak di rumah, burung itu lepas dari sangkarnya. Lalu Tu' Rangga Tuban pun berusaha untuk menangkapnya kembali. Disusunnya batu-batu besar untuk menghalangi burung itu meloncat dan batu-batu ini sekarang masih ada tersusun sedemikian rupa sehingga burung puyuh tidak bisa melompatinya. Sekarang penduduk setempat masih percaya bahwa orang yang mengencingi batu tersebut akan jatuh sakit. Begitulah di antara kehebatan Rangga Tuban.

Bagaimana dengan kehebatan anak angkatnya, Bujang? Pendek kata semua kehebatan-kehebatan Rangga Tuban diturunkan kepada Bujang, sehingga ia bisa menandingi ayah angkatnya itu. Namun, dasar anak berotot pendekar, dengan berlatih sendiri, kehebatan Bujang kemudian malah melebihi ayah angkatnya.

Melihat hal itu, timbullah rasa takut dan khawatir dalam diri Rangga Tuban. Karenanya muncul niat jahatnya untuk menghabisi Bujang. Apalagi difikirnya toh Bujang bukan anak kandungnya sendiri. Ia hanyalah seorang anak yang diambilnya dari kampung sebelah yang sebagian penduduknya adalah orang-orang jahat, berhasil dimusnahkannya.

Karena niat buruknya itu Bujang pun mendapat perlakuan lain dari biasanya. Kalau selama ini Bujang benar-benar diperhatikan pergaulannya dengan penduduk setempat, sekarang ia diberi kekebasan sama sekali. Melihat perubahan itu Bujang pun jadi curiga. Setelah mengingat-ingat apa yang telah ia lakukan kepada ayah angkatnya, ia pun merasa tak punya kesalahan apapun. Ia selalu menghormati ayahnya, walau tahu dari ayahnya sendiri ia hanya anak angkat. "Barangkali beliau benci merasa tersaingi dengan kehebatannya dalam ilmu silat atau pun kesaktian lainnya," begitu dugaan Bujang.

Tu' Rangga Tuban juga selalu mencari-cari seteru dengan anak angkatnya itu. Ada-ada saja yang dilakukannya kepada Bujang. Mulai menyembunyikan parang milik Bujang hingga membuang tombaknya. Namun, Bujang tak pernah marah.

Satu ketika Bujang tidak diberi makan sama sekali oleh Rangga Tuban dan isterinya. Di sinilah kemudian Bujang merasa kalah. Bagaimana pun ia adalah anak penurut dan selalu mengikuti perintah orang tuanya. Misalnya, ia baru akan makan setelah disuruh orang tuanya seusai mereka makan. Tapi, kali itu tidak. Bujang pun kelaparan. Karena tubuhnya melemah, ia pun tertidur sambil menahan lapar.

"Berhasil siasatku," begitu latah Rangga Tuban. Dengan demikian, pikirnya, semua harta milik Bujang yang ia peroleh dari perahu-perahu yang dikalahkannya akan jatuh ke tangannya. Untuk menyembunyikan niat jahatnya itu, Bujang yang sedang tertidur lelap pun dibawanya ke ume mereka dan ditidurkan di pondok peristirahatan yang ada di ume tersebut.

Malam harinya pondok tersebut dibakarnya. Rangga Tuban pun mengatur seolah-olah pondok itu terbakar tanpa disengaja. Melihat pondok yang terbakar tersebut, berbondong-bondong penduduk sekitar memadamkan api yang makin mengganas.

Setelah api berhasil ditaklukkan, apa yang terjadi dengan Bujang? Begitu api padam, tanpa diduga-duga, Bujang keluar dari puing pondok yang masih berasap. Setelah tahu yang terbakar pondok ume-nya bukan rumah tempat ia tinggal bersama kedua orang tuanya, Bujang pun sadar bahwa ayahnya lah yang membawanya ke pondok itu, lalu membakarnya.

Bujang betul-betul heran dengan sikap ayahnya itu. Yang terfikir olehnya, mungkin ayahnya merasa tak mau dikalahkan siapapun termasuk anaknya sendiri.

Untuk mepercepat kehendak ayahnya itu Bujang pun angkat bicara, "Ayah, sebelumnya aku mohon maaf. Aku sudah tahu sejak lama Ayah menginginkan nyawaku. Tapi, untuk itu, tak akan ada gunanya dengan mengeluarkan semua ilmu milik ayah. Sebab aku baru akan mati jika Ayah menusukkan ujung daun lalang ke jari manisku."

Tapi, lanjut Bujang, sebelum dilakukan ia meminta agar permohonannya dikabulkan. "Kuburkan aku di antara langit dan bumi bersama-sama dengan hartaku yang ada di rumah. Lalu masukkan lah ke dalam sebuah tajau dan kuburkanlah di sebelah sisi kiriku. Dan, ampunkan semua kesalahanku," itulah permintaan Bujang.

Setelah mendengar permintaan dan rahasia kelemahan anak angkatnya itu, segeralah Rangga Tuban mengambil ujung lalang lalu menusukkannya ke jari manis Bujang. Setelah itu Bujang pun meninggal dunia.

Sesuai permintaan Bujang, Rangga Tuban pun menguburkannya di atas sebuah bukit bersama-sama dengan tajau (berisi emas) di sisi kirinya. Dengan demikian habislah harapan Tangga Tuban untuk memiliki harta Bujang.

Sekarang tempat dimana Bujang dikuburkan dikenal dengan nama Bukit Bujang dan kuburannya dikeramatkan orang dengan sebutan Keramat Bujang.

Mengenai harta Bujang yang ikut dikuburkan, saat ini, dikenal dengan tempayan Bujang. Pernah suatu waktu, puluhan tahun silam, ada dua orang lelaki berniat meminta harta tersebut. Maka bertapalah kedua orang itu di Keramat Bujang. Setelah tiga hari tiga malam, datanglah roh Bujang menghampiri mereka sambil berkata, "Kau boleh ambil hartaku, tapi harus menyerahkan darah orang yang kau sayangi." Sekejap kemudian raiblah roh Bujang.

Setelah berfikir sesaat kedua orang itupun kembali ke rumahnya sambil memikirkan apakah mereka harus menyerahkan darah orang yang mereka sayangi atau tidak mendapatkan harta yang mereka idam-idamkan.

Akhirnya, kedua orang ini pun menemukan jalan keluar. Yaitu, memalsukan darah segar dengan pati samak (getah samak yang berwarna merah mirip darah, red.). Untuk melaksanakan rencananya, segeralah mereka menebangi batang samak di sekitar tempat tersebut dan mengumpulkannya dalam sebuah wajan dan segera menyerahkannya ke keramat Bujang.

Tak lama kemudian datanglah roh Bujang dan memberi petunjuk agar menggali sebelah kiri kuburan tersebut. Sekitar tiga jam menggali tampak tutup tembikar yang tak lain dan tak bukan adalah tutup tempayan Bujang. Mereka pun segera melebarkan galian hingga akhirnya menemukan tempayan yang utuh dan mengikatkannya pada sebuah pikulan agar mudah diangkat. Setelah semuanya beres, dengan bersemangat, mereka langsung turun dari bukit itu.

Setibanya di Tebat Bedong, saking gembiranya, pemikul yang berada di depan berkata, "Eh, rupanya beliau yang di atas itu bisa juga dibohongi. Pakai pati samak pun kita dapat mengambil harta karunnya, tak perlu pakai darah segar segala."

Sekejap setelah pemikul di depan mengakhiri ucapannya, aneh bian ajaib, pengikat tempayan itu putus dan mengelinding ke atas bukit serta masuk kembali ke tempat semula. Sementara tanah bekas galian bergerak sendiri menutup lobang galian. Hingga saat ini tak satu pun ada yang berani meminta harta keramat Bujang tersebut.

Narasumber: Selimun, 61 tahun (1986), penduduk Desa Bantan Kecik. 



Rabu, 10 Oktober 2012


BEREBUT LAWANG TRADISI MASYARAKAT BELITUNG



tradisi berebut lawang belitung
Berebut lawang mulai kembali mewarnai  adat perkawinan Belitung. Pantun yang bersahutan antara penghulu gawai sebagai wakil mempelai wanita dengan wakil mempelai pria menjadi atraksi yang ditunggu masyarakat saat prosesi penjemputan penganten pria hingga bersanding dengan mempelai wanita di dalam kamar penganten.

Masyarakat sudah kembali antusias membangkitkan kembali adat berebut lawang ini. Beberapa tahun lalu adat ini sempat kurang mendapat perhatian masyarakat Belitung. Banyaknya adat luar yang masuk ditambah terbukanya pengetahauan masyarakat tentang berbagai cara proses pernikahan luar membuat sebagian warga mencari yang simpel saja saat mengawinkan anak-anak mereka. Berebut lawang merupakan warisan melayu Belitung yang menjadi penjaga Adat Belitong. Nuansa pantun yang mengiringi setiap prosesi perkawinan telah membetuk kesakralan dari perkawinan tersebut.



Prosesi berebut lawang di mulai dari penjembutan penganten pria oleh perwakilan penganten wanita. Diriring tetabuhan seperti gendang dan rabana dan diringi syair bernuansa Islami mengiringi rombongan penganten pria dari rumah orangtua penganten pria hingga menuju rumah penganten wanita.

Setibanya di halaman rumah penganten wanita inilah prosesi berebut lawang dimulai. Pintu pertama yang dijaga Penghulu Gawai wakil dari penganten pria berada tepat ketika rombongan penganten pria hendak masuk perkarangan rumah penganten wanita.

Pintu kedua kembali dijaga Penghulu Gawai tepat ketika rombongan penganten pria hendak masuk ke dalam rumah. Sedangkan pintu ketiga dijaga Mak Inang tepat ketika penganten pria hendak masuk kamar penganten, dimana di dalam sudah menunggu istri tercinta.

Filosofi dari prosesi berebut lawang ini adalah, tidak mudah bagi penganten pria untuk membawa mempelai wanita meski sudah menjadi istri yang sah. Biasanya dalam prosesi melewati tiga pintu ini disampaikan keinginan dan pengharapan orangtua penganten wanita kepada sang menantu. Disinilah akan diuji keseriusan penganten pria dalam memulai membangun bahtera rumah tangga. Selanjutnya, setelah penganten pria masuk ke kamar penganten wanita, sesaat berada di dalam kamar, mereka akan diantar Mak Inang menuju ruang tengah yang telah duduk bersila para tetua kedua pihak. 

Di sinilah hantaran dan pengasihan dari pihak mempelai pria akan dibuka dan dihitung bersama. Setelah proses ini selesai selanjutnya kedua mempelai didoakan oleh seluruh kerabat kedua pihak agar menjadi keluarha sakinah, mawaddah, warohmah.

Selasa, 09 Oktober 2012



Pulau Burung yang Menggoda




Laporan Wartawan Bangka Pos, Dodi Hendriyanto

JIKA 
sebelumnya ada pemeo "tak lengkap ke Belitung tanpa mengunjungi Pulau Lengkuas," mungkin sudah saatnya kalimat itu ditambah dengan tak puas jika belum mampir ke Pulau Burung.






sumber gambar : http://www.tripadvisor.com

Lebih dari seribu nyiur melambai yang memenuhi pulau ini seakan "memaksa" para wisatawan ketika sedang meluncur menuju Pulau Lengkuas untuk singgah sejenak ke pulau yang memiliki ikon Batu 
Burung ini. Dengan luas sekitar 15 hektar, menjadikan pulau ini lebih tegar daripada pulau sekitarnya. 


Hempasan gelombang yang sesekali datang seakan tak kuasa mengganggu rerumputan halus bak permadani menghampar di pulau ini. Ditambah lagi ratusan batu granit yang muncul dari permukaan laut menjadi pagar kokoh datangnya gelombang pasang saat musim barat tiba.

"Kita memang gak menghitung jumlah pohon kelapa di sini. Tapi kalo 1000 mungkin lebih. Sekarang ini kita juga menanam ratusan pohon kelapa baru sebagai regenerasi dari pohon kelapa yang sudah puluhan tahun disini," ujar Honchong, penjaga Pulau Burung saat berbincang dengan bangkapos.com di Pulau Burung, beberapa waktu lalu.

Selain pohon kelapa, beberapa jenis pohon lain juga hidup di Pulau Burung, diantaranya pohon ketapang dan pohon belukar lainnya. Sementara rumput halus mirip rumput jepang terhampar seluas pulau ini. 

Bagi pengunjung yang perlu istirahat bisa langsung duduk atau merebahkan badan di atas rerumputan yang tertata rapi di bawah rindangnya pohon kelapa ataupun pohon ketapang. Tidak ada satupun sampah terlihat di Pulau Burung. Hanya dedaunan kering yang sesekali berjatuhan tertiup angin.

"Kita sudah komit, siapapun boleh berkunjung ke pulau ini, asal mematuhi tata tertib yang telah kita buat. Diantaranya tidak membuang sampah sembarangan, dan tidak merusak pepohonan yang tumbuh di sini. Ini semua kita lakukan agar pulau ini tetap tertata rapi dan asri," kata Honchong, sembari mempersilahkan bangkapos.com minum air kelapa muda yang baru saja dipetik.

Tiupan semilir angin sembari melihat riak gelombang seperti berkejaran di bibir pantai, menambah betah berlama-lama di pulau ini. 

Dari Tanjungbinga Kecamatan Sijuk Kabupaten Belitung, pulau ini sudah terlihat jelas. Untuk menggapai pulau ini tidaklah sulit. Cukup menyewa perahu yang kerap parkir di Tanjung Binga maupun dari Tanjung Kelayang, wisatawan siap diantar kapan pun mereka mau. 

Biaya sewa relatif murah, hanya Rp 400.000 untuk perahu berkapasitas maksimal 10 orang. Sedangkan perahu yang lebih besar bermuatan 15-20 orang dapat disewa dengan harga Rp 750.000. Dengan biaya yang relatif murah tersebut, wisatawan baik sendiri maupun rombongan akan diantar menuju sensasi keindahan Pulau Burung dan pulau-pulau kecil lainnya di sekitar pulau itu. 

Perjalanan yang ditempuh hanya memakan waktu antara 25-30 menit dari Tanjung Kelayang. Jika berangkat dari Tanjung Binga justru bisa lebih cepat lagi, tidak sampai 15 menit tiba di pulau ini. Karena dari dermaga Tanjung Binga, sensualitas Pulau Burung sudah memanggil untuk disentuh.

Perahu yang biasa digunakan untuk menuju Pulau Lengkuas adalah perahu nelayan para nelayan Tanjung Kelayang maupun Tanjung Binga. Perahu ini biasanya istirahat pada siang hari. Karenanya wisatawan bisa menyewa perahu nelayan tersebut untuk membawa mereka menuju pulau erotis aset Kabupaten Belitung.

Apalagi jika air sedang pasang, perahu bisa langsung menepi di bibir pantai. Hanya satu lompatan saja, kita sudah bisa menginjak rerumputan halus Pulau Burung. Tapi jika sedang surut, kita bisa melihat hamparan pasir putih hingga 10 meter dari tepi pulau. 

Saat ini, biasanya kerang, siput laut dan bintang laut berserakan di sepanjang hamparan pantai tersebut. Pengunjung juga bisa berjalan kaki menuju batu berbentuk burung yang menjadi ikon pulau, yang jaraknya hanya sekitar 50 meter dari tepi pulau.

Jika sedang pasang, bagi pengunjung yang ingin merasakan hangatnya air laut bisa langsung melompat dari dermaga cottage yang berdiri di pinggir pulau. Air yang jernih dengan suhu sekitar 20 derajat Celcius akan memanjakan tubuh kita. Apalagi pada bulan-bulan sekarang gelombang belum begitu besar, sehingga para pengunjung bisa berenang ke arah tengah mendekati batu karang yang menghitam sekitar 30 meter dari bibir pantai. Biasanya bagi pencinta bintang laut, di sekitar batu karang inilah akan dijumpai puluhan bintang laut dalam ukuran besar dengan diameter mencapai 20 cm.

Pulau Burung terletak di arah Utara Desa Tanjungbinga. Dari sini Pulau Burung sudah terlihat jelas. Selain batu berebentuk burung di sebelah barat pulau, di sebelah utara  bertengger batu-batu granit memagari sisi utara hingga ke sisi barat. 

Batu-batu ini akan semakin terlihat jika air sedang surut. Bagi penikmat sunset bisa menunggu kepergiaan matahari tersebut dari sebelah utara. Apalagi sekarang di sekitar bebatuan ini sudah dibangun pondok kecil untuk sekedar duduk santai melewati mentari menuju peraduannya.

"Kalo mau foto-foto dengan latar sunset, di sebelah barat itu paling indah. Kita bisa mengikuti setiap detik mentari menuju peraduannya. Agar pengjung bisa menikmati susnset, di bagian barat itu kita buatkan pondok dan tempat duduk," ujar Honchong.

Selain Pulau Burung, dan Pulau Lengkuas yang menggoda mata, belasan pulau-pulau kecil lainnya siap menerima kunjungan para wisatawan. Buih ombak yang berkejaran dan desiran angin seakan berpadu harmoni memanggil setiap wisatwan yang berkunjung ke Pulau Belitung.

Senin, 08 Oktober 2012


'Save Belitong' Membahana di Luar Belitung
Bangkapos.com - Senin, 8 Oktober 2012 11:33 WIB
bangkapos.com/aladhi


BANGKAPOS.COM
, BELITUNG - Selain elemen masyarakat Kabupaten Belitung, penolakan rencana penambangan laut menggunakan kapal isap di perairan Belitung juga datang dari masyarakat nasional maupun internasional yang mengenal Belitung.

Pimpinan penyedia jasa perjalanan wisata di Belitung Levi Tour, Agus Pahlevi mengatakan, penolakan kapal isap tersebut disampaikan masyarakat nasional maupun internasional dalam status jejaringan sosial. Hal ini sebagai kampanye penolakan kapal isap.

"Keindahan laut Belitong membuat orang yang sudah pernah datang menjadi teringat dan terkenang sepanjang waktu. Kecintaan mereka kepada laut Belitong sangatlah luar biasa, walaupun sebenarnya mereka bukanlah orang Belitong," ungkap Agus kepada bangkapos.com, Senin (8/10/2012).

Gerakan mengkampanyekan 'Save Belitong' dipasang status jejaringan sosial. "Salah satu bentuk kecintaan mereka terhadap Belitong adalah dengan mengkampanyekan SAVE BELITONG melalui status pribadi di jejaring sosial. Ketika mereka mendengar informasi bahwa laut Belitong mendapat ancaman kerusakan," lanjut Agus.


sumber: http://bangka.tribunnews.com

Jumat, 05 Oktober 2012


SENI DAN BUDAYA KHAS BELITUNG 


MARAS TAUN 

      Maras taun diadakan setahun sekali oleh masyarakat Belitung sebagai wujud rasa syukur
setelah melewati musim panen padi. Ritual utama pada acara maras taun adalah doa
awal, tari sepen dan doa akhir atau penutup. Dalam festival ini kita bisa menyaksikan
kesenian tradisional khas Belitung seperti tari sepen, nutok lesong panjang atau ngemping
(membuat emping dengan cara memukul beras didalam 
lesung dari kayu). Dalam festival
maras taun banyak pemuda pemudi bertemu dan sering kali maras taun dijadikan ajang
 mencari jodoh bagi mereka yang belum menikah.


sumber gambar : http://humasresbeltim.blogspot.com


BUANG JONG 

       Upacara tradisional buang jong adalah upacara ritual suci dari suku sawang, suku asli dari
pulau Belitung. Upacara dilaksanakan ditepi pantai, dengan cara menghanyutkan sebuah
kapal kecil yang dihiasi dengan daun kelapa dan berbagai macam bahan persembahan
didalamnya. Tradisi ini biasanya dilaksanakan antara bulan agustus sampai November
oleh suku sawang untuk memperoleh keselamatan disaat mereka berlayar dilaut.



sumber gambar humasresbeltim.blogspot.com


LESONG PANJANG


       Lesong panjang adalah nama dari alat permainan itu sendiri. Biasanya dimainkan pada
saat musim panen padi tiba. Alat utamanya adalah sebuah lesong terbuat dari kayu pilihan
yang bersuara keras dan jernih. Panjang lesong bervariasi dari 1 – 1,5 M dengan diameter
25 – 30 Cm. alat untuk memukul lesong dinamakan alu yang panjangnya berkisar antara
75 – 120 Cm dengan diameter 4 – 6 Cm. lesong dibuat dengan berbagai model dan
ukuran sesuai dengan selera pemain.


sumber gambar : http://jelajahbelitung.com


BERIPAT BEREGONG

       Beripat beregong adalah salah satu permainan yang sampai sekarang masih digemari
oleh masyarakat belitung. Beripat beregong dimainkan oleh dua orang pria yang saling
memukul punggung masing- masing dengan menggunakan sebuah rotan khusus.
Permainan ini diiringi oleh alat musik tradisional seperti gong, tawak, kelinang dan serunai.
Dimasa lalu orang Belitung menjadikan permainan Beripat Beregong sebagai ajang untuk
mengukur keberanian para pendekar, tetapi sekarang permainan ini dimainkan sebagai
hiburan dalam festival tradisional seperti maras taun dan Selamat kampong.





sumber gambar : http://www.kaskus.co.id

DUL MULUK 



      Dul Muluk adalah kesenian tradisional khas Belitung yang berasal dari Kecamatan
Membalong. Dul Muluk menyerupai drama tradisional dalam bahasa asli Belitung, yang
membawakan cerita- cerita rakyat setempat diiringi dengan musik tradisional.






sumber gambar : http://images.bangkapos.com

BEGUBANG 

       Adalah kesenian khas Belitung yang dibawakan dua atau tiga orang yang memukul
gendang sambil melantunkan pantun atau nasehat yang saling berkaitan. Penonton
biasanya memasukkan uang logam atau gubang kedalam tempat yang disediakan,
sehingga kesenian ini disebut Begubang.






sumber gambar : http://bangka.tribunnews.com

CAMPAK DARAT 

       Adalah tarian pergaulan muda- mudi Belitung yang dilakukan berpasang- pasangan pria
dan wanita sambil berbalas pantun. Para penari pria yang kalah akan memberikan
sejumlah uang kepada sang wanita. Campak diiringi alat musik seperti biola (piul),
gendang dan gong.






sumber gambar : http://balitong.wordpress.com

CAMPAK LAUT 

       Adalah tarian suka cita masyarakat suku Sawang, yang dilakukan berpasang- pasangan
baik tua maupun muda. Tarian ini diiringi nyayian dan alat musik gendang, piul dan gong.









sumber gambar : http://balitong.wordpress.com


MUSIK TRADISIONAL 

       Betiong dan Begambus merupakan jenis- jenis musik tradisional yang sering ditampilkan
dalam berbagai acara kesenian rakyat di Belitung. Syair yang dinyanyikan biasanya berisi
petuah- petuah yang dibawakan oleh seorang penyanyi ataupun secara berbalas pantun
dalam bahasa Belitong. Alat musik pengiringnya berupa biola, gitar, gong dan gendang.
Acara Betiong bisa berlangsung semalam suntuk. Selain betiong dan gambus, dikenal
pula musik stambul. Yang dikenal adalah Stambul Fajar yang berasal dari Kecamatan
Selat Nasik.
sumber gambar : http://f4tim3.wordpress.com


NIROK NANGGOK 


       Nirok Nanggok adalah budaya masyarakat Belitung dipedesaan yang dilaksanakan pada
musim kemarau panjang, pada saat sungai dan rawa- rawa menjadi kering. Nirok
Nanggok adalah kegiatan mencari ikan dengan menggunkan Tirok, sejenis tombak
bermata besi runcing dan Tanggok, sejenis jala kecil dengan gagang dari kayu. Kegiatan
ini biasanya dilakukan beramai- ramai oleh satu kampung yang dipimpin oleh seorang
dukun kampung yang memimpin jalannya acara.
sumber gambar : http://www.belitungkab.go.id



sumber : http://www.bkp-pangkalpinang.deptan.go.id

Selasa, 02 Oktober 2012

Indahnya Belitong (Belitung)


Pulau belitung itu memang indah.


tanjung tinggi, belitung

 
     Pantai di pulau ini hampir semuanya berpasir putih yang lembut. Apalagi dihiasi dengan batu-batu besar. Memberikan kesan pantai ini sangatlah unik.
Adapun tempat wisata yang cukup popular di pulau belitung ini adalah
  • Pantai tanjung pendam
  • Pantai tanjung kelayang
  • Pantai tanjung tinggi
  • Pulau Burung
  • Pulau Lengkuas
     Untuk mencapai pulau belitung ada dua akses yaitu melalui pesawat terbang dan melalui kapal laut. Namun untuk berwisata kami anjurkan untuk naik pesawat saja. Karena naik kapal laut membutuhkan waktu yang lama, sedangkan dengan pesawat kita hanya perlu 1 jam saja dari bandara soekarno hatta Jakarta. Ke bandara Hanadjoedin di kota Tanjung pandan (belitung).
Dari Kota Tanjung pandan kita dapat langsung berwisata ke pantai-pantai yang eksotis di belitung, seperti pantai tanjung kelayang ataupun tanjung tinggi. Kira-kira 1 jam perjalanan
Jika anda ingin menuju pulau burung atau pulau lengkuas, dari belitung dapat kita tempuh melalui pantai tanjung kelayang dengan menyewa perahu nelayan.

Di belitung makanan yang terkenal selain seafood adalah mie belitung. rasanya sedap, tampilan nya menarik dan harganya pas dikantong. Dibawah 10ribu rupiah per porsinya. Mie belitung merupakan mie berkuah, dimana kuahnya terasa manis dan sedikit kental. Selain itu sebagai pelengkap juga dapat kita jumpai kentang, tahu dan udang. Sangat nikmat untuk sarapan pagi.
anda harus coba mie belitung

Pantai Tanjung Tinggi, 
    
     Anda tahu film Laskar pelangi ? nah salah satu tempat syutingnya adalah di pantai tanjung tinggi - belitung. Pantai ini berpasir putih dan mempunyai batu granit yang paling besar diantara pantai lainnya. Di sore hari dapat kita jumpai keluarga ataupun anak-anak sedang bermain air di pantai ini. Di tanjung tinggi - belitung ini dapat kita jumpai banyak restoran seafood. Yang menjual aneka hidangan seafood, dan tentunya kelapa muda. Nikmat bukan berada di pantai yang indah dan menikmati kelapa muda yang segar ?

Pantai Tanjung kelayang
    
Dari pantai ini dapat kita lihat tersebar ratusan batuan granit di laut maupun di pantai, pantai ini diberi nama pantai tanjung kelayang, karena dapat kita lihat batu granit besar yang bentuknya seperti burung kelayang. Yang memang burung ini banyak dapat dijumpai di pantai ini.
tanjung kelayang, pulau belitung

Pulau Lengkuas dan pulau burung.

     Nah ini dia the bestnya belitung. pulau ini dapat kita kunjungi via tanjung kelayang yaitu dengan menyewa perahu nelayan.

tanjung kelayang - belitung

      Dibutuhkan waktu kira-kira ½ jam untuk mencapai pulau ini, di perjalanan dapat kita lihat batu-batu granit besar yang tersebar di lautan. Dan bentuknya pun aneh-aneh, air nya biru, langitnya biru. Mantap. Jika anda menerawang ke dalam lautan, anda akan takjub karena didalam laut pun ternyata banyak batu-batu granit.

pulau burung -belitung

Sesampai nya di pulau lengkuas, kita akan menjumpai sebuah mercu suar yang masih beroperasi hingga saat ini. Mercu suar ini tingginya setara dengan gedung 12 lantai, kurang lebih 50 meter. Jika ingin, kita dapat naik ke puncak mercu suar dan mengalami sensasi lelah naik tangga yaitu berkeringat dan ngos-ngosan. Namun setelah anda sampai di puncaknya rasa lelah pun terbayar tunai, karena dari atas mercu suar ini dapat kita lihat pemandangan luar biasa.
Pemandangan batu-batuan granit yang seakan-akan berserakan dilautan. Serta pemandangan laut biru yg wow Mantap
batu besar di pulau mercusuar lengkuas

pulau lengkuas belitung
Oh ya bagi yang belum tahu Fungsi dari mercu suar adalah membantu navigasi kapal laut. Mercusuar biasanya digunakan untuk menandai daerah-daerah yang berbahaya, misalnya karang dan daerah laut yang dangkal. Namun seiring dengan perkembangan teknologi, sudah banyak kapal laut yang tidak menggunakan mercu suar, karena sudah menggunakan teknologi GPS (global positioning satellite)

Pantai Burung Mandi.

        Merupakan sebuah pantai pasir putih di belitung, namun yang anehnya tidak ditemui satupun batu granit besar seperti di tanjung tinggi ataupun tanjung kelayang. Di pantai ini juga dapat kita jumpai kedai-kedai yang menjual kelapa muda, Pantai ini diberi nama burung mandi karena pantai ini dekat dengan gunung burung mandi.

Pantai burung mandi

       Di dekat pantai burung mandi ada sebuah vihara kwan im. Vihara ini sangat terkenal di belitung. Bahkan kami sempat berbincang –bincang dengan salah satu pengurusnya., Ia bertanya kepada kami “pernah lihat saya” kami serempak geleng-geleng kepala, lalu ia bilang“ saya sering masuk TV diwawancara, vihara ini sering masuk TV” , dalam hati berkata “oh ya masa sih”.

vihara kwan im

Selain pantai burung mandi dan vihara kwan im, ada lagi satu tempat yang mesti dikunjungi di belitung karena letaknya sangat dekat. Yaitu pantai bukit berbatu. Masih sama seperti pantai lainnya dapat kita jumpai pasir putih dan batu granit besar. Tetapi bedanya didekat pantai terdapat batu batuan yang seperti bukit dimana diatasnya terdapat gazebo untuk bersantai. Dan memandang laut lepas dari ketinggian. Disini juga terdapat sebuah restoran.

Dan yang terakhir Jalan-jalan ke pantai harus lihat sunset, tempat yang paling pas untuk lihat sunset di belitung adalah di pantai tanjung pandan - belitung. Karena pantai ini tepat menghadap barat. Pantai ini pun sangat dekat dengan kota tanjung pandan, dapat ditempuh dalam waktu 5 menit saja dari pusat kota. Pantai ini dikala pagi hari akan surut, namun disore hari akan pasang.

Jarak dari Kota Tanjung Pandan (belitung) ke beberapa tempat wisata
Tanjung pandan - Tanjung kelayang27 KM
Tanjung pandan - Tanjung tinggi31 KM
Tanjung pandan - Tanjung pendam2 KM
Tanjung pandan - PantaiBurung Mandi80 KM